Sragen – Karanganyar 2

By batikfractal On 02 Oct 2022

DUKUNG PEMBATIK DI SRAGEN DAN KARANGANYAR,
BADAN OTORITA BOROBUDUR DATANGKAN TIM AHLI UNTUK KEMBANGKAN MOTIF MEMANFAATKAN TEKNOLOGI

22 Artikel BOB-BatikFractal 2 Survey Teknis
21 Artikel BOB-BatikFractal 2 Survey Teknis
Kunjungi desa-desa di dua kabupaten, tim ahli menemukan banyak motif batik klasik dan menyusun rancangan pelaksanaan program.

Belasan kain batik tampak masih basah terjejer rapi di tiang-tiang bambu yang disusun jadi rak jemur raksasa di halaman rumah-rumah warga desa Pungsari, Sragen, Jawa Tengah. Kain-kain batik itu barangkali baru selesai dilorod atau dibersihkan dari lilin batik setelah proses pewarnaan. Warna coklat berbagai gradasi tampak mendominasi dan jika dilihat lebih detil, terlihat berbagai gambar sulur-sulur, bunga, juga hewan, garis-garis meliuk indah.

Pemandangan sehari-hari di desa Pungsari ini jugalah yang disaksikan tim ahli Badan Otorita Borobudur (BOB) saat melakukan survey teknis dan potensi batik di Sragen dan Karanganyar pada 13-17 Juni 2022 lalu. Selama empat hari, tim ahli mengunjungi beberapa desa dan menggali info tentang industri batik di sini. Survey ini merupakan awal dari rangkaian program Peningkatan Kapasitas Ekraf Fesyen Batik Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar yang diadakan BOB. Dalam survey ini, tim ahli akan memilih beberapa kelompok batik terpilih yang dinilai cocok untuk mengikuti pelatihan selama beberapa bulan ke depan.

Di hari pertama, tim ahli melangsungkan rapat koordinasi dengan tiga pihak, yaitu BOB, pemerintah daerah, dan pihak universitas. Dari pemerintah daerah, hadir Dispora Kabupaten Sragen, Diskumindag Kabupaten Sragen, Disparpora Kabupaten Karanganyar, Disdagnakerkop Kabupaten Karanganyar, dan Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMPS). Masing-masing pihak memaparkan situasi dan potensi terkini industri batik dari tiap daerah. Yuniarti, Kadin dari Sragen menyatakan batik Sragen sebetulnya sudah maju secara industri, “Tapi tetap perlu peningkatan keterampilan ya, terutama motif-motif batik yang terinspirasi dari Sangiran itu,” ujarnya.

Temuan menarik datang dari Dody Wiranto saat tim ahli berkunjung ke Museum Sangiran di Sragen pada hari pertama survey lapangan. Ia menyatakan bahwa batik bisa jadi media bagus mengenalkan filosofi dan cerita tentang manusia purba Sangiran. “Kami sudah buat motif batik Sangiran, tapi masih di atas kertas saja. Semoga bisa ditindaklanjuti”.

Masih di Sragen, tim mengunjungi kelompok Batik Batara Kresna di Pungsari. Selama ini mereka telah jadi produsen tetap dengan skala besar untuk pasar batik di Solo dan Yogyakarta. Namun sayangnya, selain tergantung pesanan toko, belum ada motif atau warna khas yang bisa jadi ciri khas merk. Meski begitu, kualitas batik tulis Batik Batara Kresna memang tinggi.

“Survey selama empat hari ini memberi gambaran utuh untuk BOB serta tim ahli. Setelah ini, silabus pelatihan dan rencana teknis akan disusun sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada”

Hari-hari survey berikutnya, tim ahli datang ke beberapa kelompok batik lain di Sragen yaitu Kelompok Nurul Hidayah, dan Jasa Prada Batik. Dua kelompok ini tepatnya di kecamatan Masaran. Di Batik Nurul Hidayah, koleksi batik didominasi batik tulis tradisional yang motif-motifnya mengacu pada pakem yang klasik. Lembaran-lembaran kain ini kelak bisa didesain menjadi pakaian siap jadi yang bisa dipasarkan ke publik lebih luas.

Jasa prada atau tinta emas di kain batik yang ditemui tim ahli juga menarik. Meski dikenal hanya dipakai pada batik-batik klasik untuk kesempatan formal dan sakral, seperti pernikahan, tim ahli melihat bahwa prada emas potensial diaplikasikan ke produk lain. “Unik dan bagus sekali, kami terpikir untuk memakai prada batik ini ke produk home decor,” ujar Nancy Margried, ketua tim ahli.

Di Karanganyar, tim berkunjung ke kelompok Batik Sekar Tanjung dan New Coral. “Semua pembatik di sini ya tetangga saya sendiri, kami memang ingin memberdayakan ibu-ibu sekitar supaya ada kegiatan yang menghasilkan,” jelas Vera, pendiri kelompok Batik Sekar Tanjung. Sejak beberapa tahun lalu, Batik Sekar Tanjung memang mempekerjakan warga sekitar sebagai bentuk dukungannya terhadap pembatik lokal. Mereka juga secara rutin mengembangkan berbagai desain pakaian batik. Para pembatik di sini antusias untuk masuk ke pangsa pasar lebih muda. “Semoga batik kami juga dipakai anak-anak muda gitu lho,” celetuk seorang ibu pembatik di sela diskusi.

Potensi yang besar juga ada di New Coral yang mengembangkan produk dengan teknik eco-print. Memanfaatkan daun-daun pohon jati dan lainnya yang melimpah di sekitar, mereka mentransfer keindahan alam langsung ke kain. Saat ini New Coral sudah punya dua outlet, satu di hotel dan satu lagi di bandara. Namun, pengembangan produk dan layout motif masih diperlukan agar produk-produk New Coral bernuansa lebih modern dan diburu pasar muda.

Survey selama empat hari ini memberi gambaran utuh untuk BOB serta tim ahli. Setelah ini, silabus pelatihan dan rencana teknis akan disusun sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada. Tim ahli yang akan mendampingi para pembatik berasal dari lima latar belakang keahlian, motif, produk fesyen, bisnis, pemasaran, dan sosial media. Diharapkan formasi ini efektif untuk membantu para pembatik terpilih mengembangkan motif dan keragaman produk di Sragen dan Karanganyar.

Menurut rencana, program dari BOB ini akan berujung pada pameran ekraf fesyen hasil pengembangan bersama tim ahli di bulan Oktober.

Share this articles :

Impact

Academic Impact

Community

Government

NGO